Keseimbangan
Imtaq dan Iptek
Bismillahirrahmanirrahim,
Yang
terhormat Bapak guru mata pelajaran Bahasa Indonesia
Dan
yang saya hormati teman-teman sekalian
Assalamu’alaikum
warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat pagi, dan salam sejahtera untuk
kita semua,
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga
kita masih berkesempatan hadir di tempat yang berbahagia ini. Shalawat dan
taslim senantiasa kita kirimkan kepada nabi besar Muhammad SAW, nabi yang telah
membawa kita dari alam kegelapan menuju alam yang terang benderang.
Hadirin yang terhormat,
Keseimbangan imtaq (iman dan taqwa) dan
iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi) merupakan refleksi dua unsur penting
dalam kehidupan manusia yang senantiasa harus dijaga. Imtaq menjaga agar
manusia tidak tersesat dalam kehidupan, sementara iptek diperlukan untuk
membawa perubahan positif, kemajuan, dan kesejahteraan dalam kehidupan manusia.
Era informasi dan
globalisasi sebagai akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini
telah memberikan dampak pada hampir semua aspek kehidupan masyarakat. Perubahan
masyarakat akibat berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut membawa
dampak yang besar pada budaya, nilai, dan agama. Nilai-nilai yang sementara ini
dipegang kuat oleh masyarakat mulai bergeser dan ditinggalkan. Sementara
nilai-nilai yang menggantikannya tidak selalu sejalan dengan landasan
kepercayaan atau keyakinan masyarakat, sehingga penyimpangan kian subur dan
berkembang.
Hadirin sekalian,
Dalam situasi
seperti ini, remaja dan pelajar yang sedang berada dalam kondisi psikologis yang
labil menjadi korban pertama, sebagaimana yang terjadi dalam berbagai kasus
hedonisme, konsumerisme, hingga peningkatan kenakalan remaja dan narkotika.
Hal ini semakin membuktikan bahwa nilai - nilai hidup tengah bergeser sehingga
membingungkan para remaja, menjauhkan mereka dari sikap manusia yang berkepribadian,
khususnya para pelajar dan mahasiswa yang sedang mengalami proses kegalauan
yang parah dalam mencari jati diri.
Pendidikan agama
yang selama ini menjadi tameng utama bagi generasi muda mulai dirasakan kurang
berpengaruh dan lebih tepatnya kurang diminati. Mengingat orang tua tenggelam
dalam kesibukannya masing-masing, sedangkan lingkungan dan pergaulan yang tidak
steril dari perilaku yang menyimpang dari norma-norma sosial dan agama. Sementara
sekolah dan perguruan tinggi, padat dengan pencapaian tujuan kurikulum yang
menonjolkan aspek komunikatif.
Memang, ilmu dan keimanan
sama-sama bisa dipelajari. Namun, jika ilmu bisa dipelajari dengan otak,
keimanan tidak. Keimanan akarnya ada di hati. Nah, ini yang susah. Hati manusia
sejatinya bukan miliknya, tetapi Allah-lah pemiliknya. Artinya, andaikata
seseorang menguasai seluruh ilmu pengetahuan yang ada di dunia ini, belum tentu
dia menguasai hatinya. Menguasai di sini dalam artian kita bisa mengendalikan
sepenuhnya kapan harus cinta, kapan harus benci, kapan harus beriman, dan kapan
tidak beriman.
Para
hadirin yang saya hormati,
Sekarang
pertanyaannya adalah memilih untuk menjadi orang yang berilmu tetapi tidak
beriman, atau orang yang beriman tanpa ilmu, atau orang yang beriman sekaligus
berilmu? Apapun jawabannya, semua kembali pada diri kita masing - -masing.
Ada
tiga alasan mengapa kita harus menguasai iptek, yaitu:
1.
Ilmu
yang tadinya milik Islam diboyong oleh negara-negara barat (atau dengan kata
lain dicuri). Negara - negara barat ingin Islam jatuh dalam keterpurukan.
2.
Mencegah
penjajahan kaum lain. Masih ingat bagaimana Indonesia dijajah oleh Belanda berpuluh-puluh
tahun silam? Ya, hal itu disebabkan diantaranya karena rakyat Indonesia saat itu
masih bodoh, sehingga mudah ditipu dan diadu-domba, sehingga mudah pulalah kita
dijajah.
3.
Terdapat
upaya-upaya melemahkan umat Islam dari pemikiran kemajuan iptek oleh bangsa barat.
Namun
penguasaan iptek tanpa didasari imtaq yang kuat sama juga dengan nol. Tahukah
anda apa saja yang dapat melemahkan iman? Terjerumus ke dalam kemaksiatan,
malas beribadah, memudarnya tali ukhuwah islamiah, sibuk dengan urusan duniawi,
dan mencela kebaikan yang kecil. Sedangkan hal yang dapat membangkitkan
keimanan kita, salah satunya adalah tilawah. Jadi, jika kita telah mendapatkan iptek,
segeralah imbangi diri kita dengan imtaq.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas,
maka perlu dikembangkan pemikiran – pemikiran yang lebih luas dan panjang dari
para remaja khususnya pelajar yang merupakan generasi muda penerus bangsa.
Demikian pidato
saya. Atas perhatian saudara – saudara saya ucapkan terima kasih.
Assalamualaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh.