|
Kehidupan itu keras. Sekeras batu yang siap menghantam air. Namun hanya
karang yang sanggup menahan ombak.
Setelah
kepergian sahabatnya, Bintang selalu mengurung dan menutup diri dari kehidupan
luar. Tak ada yang menemaninya selain
pena dan kertas sebagai tempat mencurahkan semua kerinduan yang tak mungkin
diungkap.
Hari itu
hari yang sangat penting bagi mereka berdua, hari itu adalah hari ulang tahun Bintang.
Dia pun menuju rumah sahabatnya untuk melaksanakan pesta kecil-kecilan. Namun
bunga tak selamanya mekar dan ranting tak selamanya kuat. Sahabatnya telah
pergi mendahuluinya.
Tangisan
pun membelah langit. Seakan tak percaya, dia berusaha bangun dari mimpi buruk
yang begitu nyata. Namun semuanya sia-sia, Momo tidak akan pernah pulang lagi.
Untuk selama-lamanya. Apa daya, inilah kenyataan, meski pahit, harus diterima. Bintang
pun mengantarkan Momo ke pembaringan terakhirnya.
Sepulang
dari pemakaman, Bintang mulai diam dan terus diam, dia tak ingin berinteraksi
dengan siapapun. Sejak saat itu, dia lebih suka bergelut dengan kertas-kertas
usang untuk mencurahkan semua perasaannya. Momo yang selalu menjadi pelipur
lara, kini telah tiada, yang dia tahu, hanyalah berdoa dan menulis surat kecil
yang ditujukan untuk Momo di sana. Setiap harinya.
Tangis
berderai setiap saat ketika ia mengingat masa-masa bersama Momo. Semua tawa dan
candanya, senyumnya yang memukau, dan sikapnya yang begitu lembut. Dialah yang
menemani Bintang sejak mereka balita. Gadis imut yang baik hati dan sangat
cerdas, yang selalu menjadi kebanggan semua orang. Siapa pun akan berurai
ketika mengenangnya.
…
Tangis
kembali pecah, ketika malam itu hujan lebat, kilat yang menyambar keras, dan
petir yang senantiasa bergemuruh. Bintang selalu merindukan saat-saat dimana ia
bisa tidur dengan begitu lelap dalam pelukan Momo. Bahkan ditengah hujan lebat
seperti ini. Malam itu ia tak bisa tidur dan hanya mengisi malammnya dengan
tangis tak tertahankan.
…
Hari
berganti minggu dan bulan berganti tahun, Bintang telah mengarungi bahtera
hidupnya tanpa sang Momo. Namun itulah Bintang, dia tak mudah dekat dengan
orang baru. Hingga kemudian takdir mempertemukannya dengan Ella, seorang gadis
belia dengan sejuta masa lalu yang kelam.
Dia
kemudian mulai dekat dengan Ella dan menganggapnya sebagai pengganti Momo,
meski sebenarnya pun tidak bisa. Ella kemudian selalu menemani setiap hari-hari
Momo, mewarnainya dengan cerita, tawa, dan tangis. Sejak itu, Bintang seakan
menemukan hidupnya kembali. Mereka saling menyayangi bagaikan adik dan kakak, atau
bahkan seorang yang identic.
…
Waktu
berjalan hingga bulan purnama Desember pun tiba. Hari itu, hari ulang tahun Momo,
Bintang dan Ella menunggu hingga pergantian hari untuk mengucapkan selamat
ulang tahun pada Momo. Mereka menikmati sinar bulan purnama yang begitu terang,
seakan bercengkerama dengan Momo yang ada di atas sana. Bulan purnama desember
selalu tepat di tanggal kelahiran Momo, entah bagaimana, aneh memang, tapi
itulah nyatanya. Bintang pun semakin larut dalam pandangannya ke bulang purnama
malam itu, seakan tak ada orang lain yang ada di sekitarnya. Ella mencoba untuk
mengerti kerinduan yang terpendam di batin Bintang dan membiarkannya menatap
purnama hingga puas.
Malam itu,
saat Ella tidur, Bintang menulis status di facebooknya. Untuk teman sekaligus saudara ku
yg jauh di sna, aku tw kau tak mungkin kmbli lgi ke sini bersmaku melewati 1 des,
tpi aku berharap kau tenang disna dan menunggu ku, aku jga akn berlabuh bersma
mu nntix, di penghujung usia ku :'(. Biasa saja memang. Tapi Ella merasa terlupa. Dia sangat ingin
bertemu dengan Momo, tapi jika memang itu yang mereka inginkan, Ella akan
mundur. Bukan berarti dia meninggalkan Bintang, dia akan tetap bersama Bintang,
menemaninya hingga akhir hayatnya.
Kala hujan
turun, langit mendung dan gelap. Namun setelah itu semua, pelangi akan muncul
dan mewarnai langit biru. Seiring membukanya awan penutup surya, pelangi akan
pudar dan mengilang, dan langit akan kembali cerah.
Bin, aku
bukan bulan, aku hanya pelangi yang memberi warna dalam keraguannmu. Setelah semua
berlalu, aku akan pergi bersama angin, dan kau akan bahagia kembali bersama Momo.
Satu pertanyaanku, jika sekiranya aku pergi mendahuluimu, apakh kau juga akan
mengenangku sebagaimana kau mengenangnya ? (Ella_Pelangi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar